Dampak Pembelajaran Online Pada Siswa Usia 5-8 Tahun

Rembang, Rodainformasi.com – Saat ini negara kita sedang dilanda bencana besar yaitu adanya virus yang menyerang manusia di seluruh dunia yang dikenal dengan covid 19 yang menyerang siapa saja, menyebabkan negara Indonesia harus waspada, dan memutuskan untuk melakukan aktivitas di rumah, dan harus social distancing untuk mencegah penyebaran covid 19 melambat. Adanya pandemi covid 19 membuat segala sesuatunya ditutup sementara, termasuk kegiatan belajar mengajar, sejak Gubernur Jawa Tengah menetapkan status Keadaan Darurat Tertentu untuk Wabah Covid-19. Dengan belajar di rumah, demi keselamatan dan kesehatan semua, hal ini tentu berdampak pada orang tua, dimana orang tua harus mendampingi anaknya untuk belajar di rumah.

Pendidikan saat ini dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi. Penguasaan teknologi harus dimiliki oleh setiap orang tua, siswa dan guru. Tidak semua orang tua, siswa dan guru akrab dengan teknologi. Masih banyak guru yang belum memahami bagaimana menggunakan teknologi yang semakin canggih, oleh karena itu menjadi salah satu kendala dalam pembelajaran online di masa pandemi ini, namun keberhasilan keseluruhan suatu model pembelajaran tergantung pada karakteristik siswa.

Pembelajaran online memiliki banyak kendala terutama untuk siswa yang berusia 5-8 tahun, siswa usia ini masih membutuhkan bantuan lengkap dari guru atau orang tua, namun masih banyak orang tua yang tidak memiliki smartphone untuk mendukung proses pembelajaran, nilai-nilai karakter yang tidak diajarkan di rumah, dan pembelajaran onlinehanya pemberian tugas oleh guru karena terbatasnya cara memberikan pemahaman kepada siswa.

Baca Juga  Pemkab dan DPRD Bojonegoro Bertemu Paguyuban Wali Murid, Bahas Merger SDN II dan III 

Siswa usia 5-8 tahun membutuhkan pendampingan ekstra dalam proses pembelajaran, karena pada umumnya anak usia ini memiliki ciri-ciri rasa ingin tahu yang besar, memiliki kepribadian yang unik, egosentris, memiliki daya imajinasi yang tinggi, dan daya konsentrasi yang rendah.

Hal ini menunjukkan bahwa anak usia 5-8 tahun harus dikawal dengan sungguh-sungguh dalam proses pembelajaran, agar semua aspek perkembangan dapat tercapai, sehingga anak usia ini tidak hanya dapat diberikan pembelajaran berupa tugas namun dalam bidang kognitif juga harus diajarkan. Dan semua aspek perkembangan harus ditingkatkan, sehingga selain orang tua, guru juga berperan penting dalam pencapaian tumbuh kembang anak.

Sekolah dasar seharusnya menjadi wadah dasar penanaman nilai-nilai karakter yang mungkin tidak diajarkan di rumah. Pembelajaran online di tingkat sekolah dasar biasanya hanya diberikan tugas oleh guru tanpa penjelasan materi terlebih dahulu. Sehingga proses belajar siswa hanya bergantung pada orang tua.

Pembelajaran daring yang saat ini dilaksanakan ternyata sangat berpengaruh terhadap perilaku siswa, siswa menjadi kurang bersosialiasi karena pembelajaran terbatas hanya di rumah tidak bertemu teman, siswa cenderung lebih emosional, siswa juga mengalami kekerasan verbal karena proses pembelajaran, siswa cenderung tidak disiplin dalam melakukan pembelajaran.

Baca Juga  Tembok Penjara Tak Halangi Warga Binaan Lapas Lamongan Lanjutkan Pendidikan

Hal ini merupakan dampak negative dari pembelajaran daring yang saat ini di implementasikan oleh masyarakat Indonesia, kendala jaringan internet, kurangnya kemampuan masyarakat menggunakan aplikasi pembelajaran daring, waktu orang tua untuk mengajari anak mereka serta kurangnya pengetahuan orang tua saat mengajari anak juga menjadi kendala saat pembelajaran daring dilakukan, prestasi siswa juga tidak Nampak, penyebabnya adalah tidak ada penilaian yang menilai proses karena semua kegiatan pembelajaran dilakukan dirumah dengan pengawasan orang tua

Pembelajaran Daring mempengaruhi siswa yang berumur 5-8 tahun, hasil penelitian menunjukkan siswa menjadi kurang bergaul, siswa mengalami kekerasan verbal, tidak adanya disiplin dalam belajar di rumah, kekurangan kedsisiplinan dalam pembelajaran, tidak tercapainya target belajar siswa, hal ini berdampak pada pendidik karena tidak ideal dalam memberikan materi pembelajaran dan terganggunya interaksi pembelajaran yang membuat tujuan pembelajaran tidaktercapai.

Sehingga menjadikan materi tidak tuntas dan penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran daring tidak maksimal.

Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan referensi atau acuan dalam mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran daring terutama untuk siswa uusia 5-8 tahun. (Bledex)

Penulis : SUDARSONO, S.Pd

(Guru SDN MLATIREJO, Kec. Bulu, Kab. Rembang)

Komentar