Hilmar Farid: Jangan Cari Jawaban Problem Bangsa Di Tempat Lain, Gali Jawaban Di Tanah Kita Sendiri!

Jakarta, Rodainformasi.com – Mencari jawaban atas semua problem Indonesia ke dalam tanah air bangsa sendiri rupanya menjadi kredo yang teramat penting. Budaya menggali jawaban di dalam bangsa sendiri inilah yang justru akan menempatkan Indonesia dalam posisi leading dalam percaturan dunia. Sebab, sedari lahir sebelum masehi, peradaban bangsa ini menentukan arah dunia. Selain itu, ideologi, kolaborasi dan inovasi juga menjadi faktor kunci kemajuan bangsa.

Hal tersebut diungkapkan Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid dalam diskusi Talkshow Bung Karno Series bertema “Kebudayaan sebagai Pondasi Pengembangan Sains dan Teknologi Masa Depan” di kanal Youtube BKN PDI Perjuangan bersama Host Yashinta Sekarwangi dan Mirza Ahmad, Selasa sore (28/6/2022).

“Itu memang jalan yang harus ditempuh, kalau kita terus bergantung mencari jawaban atau meminjam pengetahuan dari tempat lain maka jawaban itu tidak akan pernah utuh. Sehingga jawaban dari problem yang sedang dihadapi juga tidak utuh, parsial penyelesaian problemnya. Karena jawaban itu tidak mengakar pada rakyat dan negeri ini, tidak menggali jawaban sendiri di sini. Itu sebabnya, Bung Karno selalu bilang saya tidak menemukan kok, saya menggali dari kearifan yang ada di dalam masyarakat kita,” ujarnya.

Hilmar mencontohkan tingginya peradaban dan kebudayaan yang pernah dimiliki Nusantara sebelum menjadi Indonesia sekarang.

“Borobudur itu terdiri dari 2 juta batu, masing-masing punya kuncian, bayangkan itu. Waktu pengerjaan 75 tahun. Artinya yang memulai tidak pernah melihat akhirnya dan yang menyelesaikan tidak tahu awalnya bagaimana. Bukan hanya pemerintahannya, massa pekerjanya juga sama, itu tiga generasi. Jadi kakeknya mengerjakan awal. Cucunya yang menyelesaikan Candi Borobudur,” jelasnya.

Baca Juga  Siap-siap, Sinergi PLN - Himbara Bakal Permudah Masyarakat Miliki Motlis

“Artinya, stabilitas politik sangat menentukan. Sriwijaya berumur 600 tahun, Majapahit 300 tahun, Kita Indonesia baru 75 tahun. Stabilitas dan keberlangsungan, pada akhirnya organisasi. Kalau kita tidak punya sumber daya, teknologi dan alat cukup itu artinya bertumpu pada organisasi sangat penting. Bung Karno juga sama, yang paling penting adalah mobilisasi orang. Dulu ada Kementerian Pengerahan Tenaga Rakyat. Dia tahu bahwa Jadi pengerahan orang itu penting untuk suatu pekerjaan raksasa ya untuk membangun negeri ini,” imbuh Hilmar.

Doktor lulusan National University of Singapore ini, menerangkan bahwa pada saat itu orang dimobilisasi karena ada persembahan, ideologi pada intinya. Ini juga, lanjut Hilmar, yang ditanamkan oleh Bung Karno kalau kita memobilisasi orang, jiwa orang tersebut harus merasa terlibat dalam pembangunan negeri ini.

“Apa kuncinya, ya Ideologi,” ringkasnya.

“Saat pembangunan candi-candi dengan pekerjaan kolosal, memobilisasi orang itu juga pasti ada logistik. Kalau berbicara logistik tentu saja butuh makan. Artinya pertanian, peternakan sudah mapan dan kompleks sekali. Itu problem yang dihadapi setiap pemimpin bangsa, seperti sekarang,” imbuhnya.

Baca Juga  Kolaborasi Dukung Bisnis Berkelanjutan, PLN Serap Produk Olahan Sampah dari UMKM Untuk Bahan Cofiring PLTU Tarahan di Lampung

Menurut Hilmar, inovasi sangat penting. Inovasi timbul karena adanya keterbatasan berhadapan dengan alam. Masyarakat kita di sini hidup dengan 50 lebih jenis ekosistem. Ada yang rawa, pegunungan hingga pantai. Dan semua punya syarat kehidupan yang berbeda agar bisa dikelola optimal.

“Rakyat hidup dalam ekosistem itu dalam rentang waktu yang panjang, pasti mereka akan menemukan kunci pengetahuan lokal, teknologinya agar dia bisa menggunakan sumber daya itu secara optimal. Tentunya juga sudah membudaya. Himpunan pengetahuan teknologi seni ritual yang membuat sistem itu utuh dan melayani dia,” katanya.

Hilmar juga sempat menyinggung pengembangan teknologi maritim yang sangat maju pada masanya. Bahkan teknologi itu yang membawa penduduk Nusantara menjadi bangsa pelaut yang dikenal dan tercatat dalam sejarah bangsa lain.

“Kita punya buku judulnya Tahun 1000. Di tahun itu dunia sudah ramai. Orang dari Jawa itu sudah jadi tukang kapal di India. Kalau pergi ke Madagascar, pasti akan ketemu bahasa yang mirip dengan Orang Banjar Kalimantan Selatan. Kenapa? Karena asal-usulnya memang dari Indonesia. Perahu bercadik, itu teknologi sangat tua. Panjang 15 meter. Jauh sebelum masehi. Jangan lupa sejarah cenderung ditulis mengikuti sejarah barat. Columbus menemukan Amerika itu tahun 1500. Kita jauh sebelum itu sudah sampai ke Madagaskar Afrika dan Pulau Paskah di Samudera Pasifik Selatan,” tandasnya. (red)

Komentar