Nge-trendnya Sanak Keluarga Kades Jadi Perangkat Desa.

Oleh : Muhammad Nastain.

Bojonegoro, Rodainformasi.com,- Sudah bukan lagi rahasia. Pengangkatan perangkat desa oleh beberapa Kepala Desa, hasil ujian serentak di beberapa kecamatan di Kabupaten Bojonegoro – Jawa Timur masih terdapat silsilah keturunan atau hubungan darah dengan sang Kepala Desa.

Mungkin tahun 2021 ini tahun keberuntungan bagi sanak keluarga Kades. Entah masuk akal dan irasional Tapi fakta membuktikan, di beberapa desa terdapat perangkat desa yang telah diangkat atau dilantik sebagai perangkat desa di antaranya memang memiliki kedekatan khusus.

Seperti pengangkatan perangkat desa dari hasil ujian serentak di beberapa desa di kecamatan yang telah menggelar ujian pengisian lowongan perangkat desa serentak dalam tahun ini.

Bahkan lebih mencengangkan lagi, anak kandung, cucu, keponakan dan menantunya pun terlantik menjadi perangkat desa. Entah itu secara kebetulan atau memang sebuah keberuntungan peraih nilai tertinggi itu berasal dari sanak keluarga dekat Kades.

Tahun 2021 ini memang lagi nge-trend dan booming para sanak kerabat keluarga Kades menjadi pemenang peraih nilai tertinggi, unggul dari peserta lainnya.

Walaupun begitu, fenomena itu nampaknya bukan menjadi persoalan bagi masyarakat, terutama bagi peserta ujian perangkat desa yang gagal. Mereka hanya mengelus dada menerima kenyataan. Meskipun rasa pahit harus ditelan.

Baca Juga  Demi Kemanusiaan Bhabinkamtibmas Polsek Widang Gandeng Yayasan Berkas Bersinar  Tangani ODGJ

Karena apapun bentuk permasalahannya, kekecewaannya dan tak terima dengan hasil ujian itu, peserta harus ikhlas legowo. Sebab pengangkatan perangkat desa oleh Kepala Desa berdasarkan hasil nilai tertinggi.

Namun jika terdapat kesengajaan, memprioritaskan sanak keluarganya menjadi perangkat desa, dengan melakukan modus alibinya terkesan “saru” atau janggal dan patut disayangkan. Apalagi korban modusnya adalah para peserta ujian yang gagal.

Berpikir logis dengan didasari nurani kemanusiaan, rasanya tak tega melihat para peserta yang gagal tak lolos memperoleh peringkat pertama dalam ujian Perades. Mereka sudah bersusah payah mengurus segala persyaratan guna pendaftaran pengisian lowongan Perades hingga mengikuti tes ujian tersebut. Tapi pada akhirnya gagal kandas, kalah nilai dengan para sanak kerabat dekat Kades.

Untuk memenangkan kompetisi, diperlukan berbagai cara, meskipun harus rela mengorbankan peserta lainnya yang notabene kadang masih warga desa tempat Kades memimpin.

Bukan menjadi percuma sebuah ujian pengisian lowongan perangkat desa. Karena ujian itu menjadi persyaratan tahapan dalam pengangkatan perangkat desa baru. Padahal formal ujian itu untuk mendapat perangkat desa yang bernilai sesuai dengan tingkat kecerdasan peserta.

Baca Juga  Tumbuhkan Kedisiplinan Kepada Generasi Muda Melalui Wawasan Kebangsaan dan Pelatihan PBB

Akan tetapi bila terjadi kesengajaan memprioritaskan sanak keluarganya, itu pun bisa menjadi tolak ukur pertaruhan terpilihnya pencalonan Kepala Desa untuk periode kali kedua.

Asumsinya, kepemimpinan saat ini memang bertujuan menjadikan sanaknya sebagai perangkat desa. Atau dengan kata lain tidak akan mencalonkan Kades lagi untuk periode berikutnya.

Sudah bukan rahasia. Dan memang kenyataannya terbukti di beberapa desa di wilayah kecamatan yang telah menggelar ujian pengisian Perades dan yang meraih nilai tertinggi terhitung masih sanak keluarga Kades.

Miris, prihatin dan haru menyaksikan kenyataan yang harus diterima peserta yang gagal. Tapi apapun bentuk polemik yang berderu, nilai tertinggi hasil ujian itulah yang dilantik menjadi perangkat desa. Apalagi memang sah – sah saja sosok Kades melantik mengangkat perangkat desa meskipun itu masih sanak keluarganya.

Penulis : Wartawan dan pengamat sosial, politik dan budaya.

Komentar