UNJUK RASA, Puluhan Mahasiswa Geruduk Kantor Pemkab dan DPRD, Begini Tuntutanya.

Lamongan ,Rodainformasi.com – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Lamongan menggeruduk Kantor Pemkab dan DPRD Kabupaten Lamongan, Senin (17/1/2022).

Dengan membawa sejumlah atribut, para mahasiswa PMII ini secara long march berangkat dari titik kumpul Telaga Bandung menuju Kantor Pemkab, lalu ke DPRD Lamongan.

Mereka menggelar aksi unjuk rasa dan menyampaikan sejumlah tuntutannya mengenai bencana banjir yang melanda kawasan Lamongan.

Ketua Umum Pengurus Cabang (PC) PMII Lamongan, Sirojul Munir mengatakan, bahwa aksi unjuk rasa yang melibatkan 90 peserta dari mahasiswa ini digelar sebagai bentuk respon atas penanganan banjir yang dinilai tak serius.

“Aksi ini digelar PMII sebagai respon atas kurang seriusnya pemerintah dalam menangani banjir yang rutin melanda Lamongan tiap tahunnya ini. Selain itu, pemerintah juga kurang bertindak tegas terhadap banyaknya penghambat di kawasan aliran sungai,” kata Sirojul dalam orasinya.

Sirojul bahkan menilai, jika keberadaan waduk dan rawa hanya menjadi ladang bisnis bagi pihak-pihak tertentu. Sementara di satu sisi, tak ada bantuan ganti rugi maupun pemberian benih ikan dan padi bagi warga terdampak, khususnya para petani yang lahannya tergenang banjir.

Baca Juga  Kepala Desa Klotok Plumpang Tidak Beretika Ucapkan Kata Kotor Kepada LPKNI

“Kita sudah muak dengan ratusan janji politik, baik itu yang diucapkan Eksekutif maupun Legislatif. Tercatat tanggal 4 Januari 2022, para petani tambak merugi sekitar 34 miliar. Maka segera berikan ganti rugi ke masyarakat terdampak banjir, baik materiil maupun formil,” teriaknya.

Hal senada juga ditambahkan Ismail selaku Korlap Aksi. Ia menuturkan, sebagai salah satu elemen masyarakat Lamongan, PC PMII Lamongan terpanggil untuk menyampaikan sejumlah tuntutan dan aspirasi masyarakat.

“Oleh sebab itu kami menuntut, pemerintah segera menyelesaikan master plan tata kelola air dan mitigasi banjir, tindak tegas penghambat daerah aliran sungai, dan usut tuntas alih fungsi waduk dan rawa,” tutur Ismail.

Lebih lanjut Ismail, meminta kepada pemerintah terkait untuk melibatkan mahasiswa (Ormek) dalam hal pengawasan master plan tata kelola air dan mitigasi bencana banjir di Kabupaten Lamongan.

“Jika tuntutan kami tak segera ditindaklanjuti, maka kami akan kembali menggelar aksi unjuk rasa dengan jumlah massa yang lebih banyak lagi,” bebernya.

Aksi puluhan mahasiswa ini tampak berjalan kondusif dengan kawalan ketat dari petugas kepolisian. Di sisi barisan paling depan, polisi wanita (Polwan) tampak berjajar untuk menghadang mahasiswa yang ingin merangsek masuk ke dalam kantor.

Baca Juga  Rapat Evaluasi ( Banggar ) Bupati Anna Mu'awanah Minta DPRD Panggil Kontraktor Yang Tidak Menyelesaikan Proyek Pembangunan

Tak hanya itu, sejumlah perwakilan dari pejabat setempat juga menemui puluhan mahasiswa yang berunjuk rasa baik dari Pemkab maupun DPRD Lamongan. Kepada perwakilan pejabat yang hadir, secara simbolis peserta aksi menyerahkan tuntutannya tersebut.

Sementara itu, anggota DPRD Lamongan, Abdul Shomad yang menemui puluhan mahasiswa ini mengungkapkan, bahwa banjir yang melanda Lamongan tiap tahunnya ini terjadi di kawasan Bonorowo Bengawan Jero, yang meliputi Kecamatan Kalitengah, Glagah, Turi, Deket dan Karangbinangun.

“Untuk banjir di Bengawan Jero memang menjadi rutinitas banjir tahunan di musim penghujan, namun bagaimana cara meminimalisir dan upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah banjir yaitu normalisasi kali, pembersihan eceng gondok dan penambahan kapasitas pompa air,” ungkap politisi PDIP Perjuangan tersebut.

Dalam kesempatan tersebut, para peserta juga membawa kertas yang berisi beragam kalimat, di antaranya :

“Bagi-bagi kaos bukan solusi banjir, Lamongan mandi besar, banjir Liga 2 Persela, Kantor Pemkab dialihkan ke Bengawan Jero, di sini banjir di sana banjir, di mana-mana ada banjir, Lamongan kebanjiran Bupatine bal-balan, Lamongan megilan banjir tuwerus Lamongan tenggelam banjir,  Lamongan Gagap, tenggelam atau kekeringan,”( Redaksi)

Komentar