“Hari ini saya bersyukur, mobil petugas hanya lewat saja dan tidak berhenti, kalau berhenti semua pedagang kalang kabut dan kami tidak dapat keuntungan berdagang, mas,” ungkap pedagang kopi yang tidak mau disebut namanya. Sabtu (16/7/22).
Keluh pedagang kaki lima, jika tiap hari dagangannya diobrak mereka tidak mendapatkan hasil dari berdagang dikarena kadang pembelinya setelah meninun kopi, ada yang tidak bayar dan langsung pergi. Sedang mereka dituntut untuk membiayai hidup keluarganya.
“Kalau di obrak terus, lantas keluarga kami makan apa mas. Kerjaan sekarang juga susah,” keluhnya.
“Kalau tidak ada pedagang kaki lima, diseputaran alun-alun ini tampak sepi, apalagi di dalam taman alun-alun, malah sepi mas. Bisa-bisa didalam taman itu dimanfaatkan oleh dua sejoli yang tidak-tidak alias mesum,” ugkap Tiok penikmat kopi alun-alun asal Parengan.
Memang benar, dari pengamatan awak media ini, jika seputaran Alun -alun Bojonegoro tidak ada pedagang kaki lima, alun-alun keliatan sepi bak pemakaman. Dan seandainya ditaman alun-alun diketahui ada yang melakukan hal tidak senonoh siapa yang disalahkan ?. Sebab hal diluar nalar bisa didukung keadaan dan kesempatan . (Ras)