Ketua DPD RI Desak Pemerintah Proteksi Pasar Lindungi IKM

𝑲𝒆𝒕𝒖𝒂 𝑫𝑷𝑫 𝑹𝑰 𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒕𝒊𝒃𝒂 𝒅𝒊 𝒃𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓𝒂 𝑺𝒆𝒑𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒏 𝑩𝒂𝒍𝒊𝒌𝒑𝒂𝒑𝒂𝒏, 𝑲𝒂𝒍𝒊𝒎𝒂𝒏𝒕𝒂𝒏 𝑻𝒊𝒎𝒖𝒓, 𝑴𝒊𝒏𝒈𝒈𝒖 (4/4/2021).

BALIKPAPAN, rodainformasi.com – Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti meminta pemerintah untuk memproteksi pasar demi melindungi pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) dari serbuan produk impor yang dipasarkan secara online. Sebagaimana diketahui, pandemi Covid-19 membuat sejumlah pihak menggunakan jasa e-commerce untuk memasarkan produk mereka. Salah satunya adalah produk impor tekstil yang merajalela di pasaran.

Dampaknya tentu saja dirasakan pelaku IKM ditandai dengan menurunnya penjualan mereka. Mantan Ketua Umum Kadin Jawa Timur itu menilai e-commerce amat besar pengaruhnya terhadap produk-produk impor, baik konsumsi kebutuhan rumah tangga maupun pakaian jadi.

“Keluhan yang dirasakan di tengah-tengah program pemerintah terkait program pemulihan ekonomi nasional adalah pelaku usaha garmen merasakan sulitnya penjualan produk karena tidak mampu bersaing. Padahal harga terbilang lebih murah dan kualitas pun lebih baik,” ujar LaNyalla sesaat setelah mendarat di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan, Kalimantan Timur, Minggu (4/4/2021).

Baca Juga  Industri Pangan, Kunci Hadapi Terpaan Krisis Global
𝑲𝒖𝒏𝒋𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝑲𝒆𝒕𝒖𝒂 𝑫𝑷𝑫 𝑹𝑰 𝒌𝒆 𝑲𝒂𝒍𝒊𝒎𝒂𝒏𝒕𝒂𝒏 𝑻𝒊𝒎𝒖𝒓 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒓𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒌𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒂𝒘𝒂𝒔𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒌𝒆𝒓𝒋𝒂 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒕𝒂𝒌𝒆𝒉𝒐𝒍𝒅𝒆𝒓 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕 𝒕𝒆𝒓𝒌𝒂𝒊𝒕 𝒓𝒆𝒏𝒄𝒂𝒏𝒂 𝒑𝒆𝒎𝒃𝒂𝒏𝒈𝒖𝒏𝒂𝒏 𝑰𝒃𝒖 𝑲𝒐𝒕𝒂 𝑵𝒆𝒈𝒂𝒓𝒂 (𝑰𝑲𝑵).

“Saya meminta pemerintah untuk memproteksi pasar melalui regulasi yang melindungi pelaku usaha lokal. Jika hal ini dibiarkan, maka kita akan menghadapi kematian industri kecil menengah dan bersiap menghadapi permasalahan sosial yang besar,” ujar LaNyalla.

Senator Dapil Jawa Timur itu mendesak pemerintah agar segera menyelesaikan regulasi yang memproteksi pasar. Pasalnya, alumnus Universitas Brawijaya Malang itu menilai hingga kini hal tersebut belum juga dirampungkan pemerintah. “Ini urgent dan harus menjadi prioritas hingga saatnya kita mampu bersaing di pasar bebas,” tegas alumnus Universitas Brawijaya Malang tersebut.

Industri Kecil dan Menegah (IKM) tekstil mengalami penurunan penjualan disebabkan pandemi covid-19 dan banjir produk impor di pasaran.Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia menyebutkan produk impor tekstil tidak hanya terjadi di pasar swalayan, namun juga masuk ke marketplace.

Data Indotextiles yang menyebutkan, sepanjang 2020 produksi garmen IKM mencapai sekitar 641.000 ton. Di Jawa Barat banyak sekali produksinya, misalnya sentra rajut binong di Bandung. Mereka produksi terus-menerus dengan pekerja yang juga banyak. Miris ketika produknya tidak dapat bersaing dengan impor. Harganya jauh sekali tetapi kualitas lebih baik dibandingkan produk impor. (Bledex)

Baca Juga  𝐑𝐞𝐦𝐩𝐞𝐲𝐞𝐤 𝐃𝐚𝐮𝐧 𝐊𝐞𝐥𝐨𝐫, 𝐏𝐞𝐦𝐚𝐧𝐟𝐚𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐓𝐮𝐦𝐛𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐝𝐢 𝐒𝐞𝐤𝐢𝐭𝐚𝐫 𝐏𝐞𝐤𝐚𝐫𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐉𝐚𝐝𝐢 𝐋𝐚𝐝𝐚𝐧𝐠 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚

Komentar