Petugas Perhutani Laporkan Warga 69 Tahun Ke Polres Tuban, Perempuan 90 Tahun Alami Kesedihan

Tuban, Rodainformasi.com – Idul Fitri 1442 H, adalah hari raya kemenangan umat Islam setelah menjalankan puasa Ramadhan sebulan penuh dimana hari itu banyak dihiasi dengan silaturahmi antara keluarga, sanak keluarga dan tetangga untuk saling ucapkan salam dan saling memberi maaf.

Namun hal ini tidak berlaku nantinya bagi keluarga Somasu (69) warga Desa Waleran, Kecamatan Grabagan, Kabupaten Tuban, atas laporan petugas perhutani. Dan kini Somasu ditangkap
Satreskrim Polres Tuban.

Hal ini menambah beban keluarga yang ditinggalkan juga kesedihan dirinya diusia yang sudah renta. Sabtu (1/05/21).

Untuk di ketahui Somasu diumur yang renta ini merupakan tulang punggung keluarga dengan membiyayai hidup sehari-hari dengan jumlah 6 orang, dengan kondisi tidak menentu dan  memprihatinkan.

Ditengah kondisi pandemi Covid-19, banyak pengusaha yang kolep apalagi sebatas Somasu yang kehidupanya tidak menentu dan tanpa pekerjaan tetap.

Demi memenuhi kebutuhan keluarganya Somasu berani ambil langkah yang kurang pantas, hanya karena tanggung jawab sebagai tulang punggung keluarganya dengan kondisi kehidupan yang sangat miskin.

Baca Juga  Kapolres Bersama Forkopimda Bojonegoro Lakukan Vaksinasi Covid-19

Mbah Sarni (90) ibu dari Somasu setiap hari harus menanggung beban yang berat karena anaknya mendekam di sel tahanan atas laporan pencurian satu batang  kayu yang berukuran kecil oleh petugas perhutani.

Sehingga rasa sedih selalu menyelimuti kehidupanya, bahkan setiap ada tamu yang datang dan berhenti di depan rumahnya selalu di hampiri dan di tanyakan akan nasib anaknya. Dan kalau ada mobil datang dia selalu berfikir bahwa ada polisi yang menghantar anaknya pulang.

Saat awak media mendatangi di rumah kediamanya, Mbah Sarni mengatakan bahwa setiap malam waktu tidur sebentar-sebentar terbangun karena mengingat anaknya, dan bayangan anaknya selalu ada di depan mata. Lantaran memikirkan nasib anaknya dan mengingat umurnya sudah tua renta yang harus berakhir di jeruji besi.

Linangan air mata tak tertahankan dengan perasaan yang tulus dan halus saat mengungkapkan perihal akan nasib anak dan keluarganya.

Dengan bahasa jawa yang lugas Sarni menyampaikan, “Jenenge aku iki mbok e
biasane ketok pecungal pecungul saiki ra ketok blas rasane atiku yo sedih nak, (Namanya saya ini orang tuanya ,biasanya sering nongol, sekarang gak kelihatan, hatiku rasanya sedih, nak.” Keluhnya. (DM)

Baca Juga  Hadiri Harlah Fatayat Ke 71, Bupati YES Berikan Apresiasi Dan Motivasi.

Komentar