Adat Budaya Ajaran ‘SAMIN’ Masih Kental Di Laksanakan Di Generasi Ke Lima

Bojonegoro, Rodainformasi.com – Ajaran dan Samin ternyata masih melekat dan menjadi contoh penganutnya di Dusun Jepang, Desa Margomulyo, kabupaten Bojonegoro.

Generasi kelima pendiri ajaran Samin, Bambang Sutrisno menuturkan, Samin mempunyai arti sami-sami atau sama-sama dan jangan dibeda bedakan. Bambang yang merupakan putra sesepuh Kampung Samin, Mbah Harjo Kardi ini menyebut, guyub rukun dan gotong royong sangat diutamakan dalam ajaran ini.

“Ajaran Samin itu garis besarnya kita semua itu sama, ajaran Samin itu ajaran universal. Di semua agama apapun pasti ada dan di suku apapun pasti ada,” kata Bambang pada awak media, kamis 28/07/2022.

Bambang menambahkan, dalam ajaran Samin di Bojonegoro, para pengikutnya diajarkan lima pitutur luhur. “Pertama soal laku jujur, sabar, trokal, lan nrimo. Kedua, ojo dengki srei, dahwen kemiren, pekpinek barange liyan. Ketiga ojo mbedo mbedakno sapodo padaning urip, kabeh iku sedulure dewe. Keempat ojo waton omong, omong sing nganggo waton. Lalu terakhir biso roso rumongso”.

Di Kampung Samin yang berada di Dusun Jepang, Desa Margomulyo ini masyarakatnya sudah berbaur menjadi satu. Namun dalam kehidupan sehari-hari, tradisi Samin paling terlihat saat kegiatan sedekah bumi dan pernikahan.

Baca Juga  Sukses di PON Papua, Kini Pangansari Dukung Persibo

“Nyadran yang biasa digelar setahun sekali jatuh pada hari Senin pon. Dan itupun setiap habis panen raya. Ada acara ngaturi pada hari Minggu pahing yang biasa di sebut dengan istilah “Nggemblang” (Ngempalake Sanak Kadang/Mengumpulkan Semua Saudara). Ngaturi ini mengundang orang warga luar dusun Samin untuk datang ke rumah kami, ada orang datang ke rumah saya, kita beri makan, pindah ke rumah warga tetangga juga diberi makan. Pokoknya makan-makan gantian itu,” ungkap Bambang.

Bambang jug menjelaskan, kalau tasyakuran nya biasanya kita laksanakan langsung jadi satu di rumahnya kasun (Kepala Dusun).

Selain itu, warga Samin dalam acara prosesi pernikahan wajib ada pernikahan adat sebelum proses pencatatan akta nikah. Pernikahan adat ini hanya berjalan beberapa menit. Di mana Wali yang menikah tidak boleh diwakilkan. Acara ini dilaksanakan sebelum Senja Tiba (dalam istilah Jawa wanci Syrup) tiba.

“Jadi bapaknya manten ini bacaan menikahkan (Nurunke wali) yang kemudian dijawab oleh Temanten Laki – Laki dengan Ucapan/Kata (Syahadat Manten). Dalam pernikahan memang tidak ada paksaan. Jadi tidak harus warga Samin menikah dengan warga Samin pula,” tambahnya.

Baca Juga  Meski Diguyur Hujan, Warga Tetap Antusias Saksikan B-TIFF di Thamrin Park Bojonegoro

Ajaran Samin di Bojonegoro untuk saat ini telah terdaftar di Pemerintah dan menjadi warisan budaya tidak benda. Dalam rangka melestarikan warisan budaya luhur, di kampung Samin kini sering diadakan berbagai festival.

Selain itu, kegiatan karawitan atau gamelan yang merupakan seni budaya warisan leluhur juga sering digelar di sini. (Red)

Komentar