Waduk Seluas 7 Ha Rusak, Petani Desa Banjarejo Kecamatan Kedungpring – Lamongan Keluhkan Minimnya Dapatkan Sumber Air

Lamongan, Rodainformasi.com – Memasuki musim kemarau petani asal Dusun Gumelem Desa Banjarejo Kecamatan Kedungpring, mengeluhkan minimnya sumber air yang akan digunakannya untuk mengairi sawah, sehingga tidak dapat ditanami padi maupun tanaman kacang-kacangan dan sejenisnya, Rabu (18/08/2021).

Pasalnya, waduk atau embung Desa Banjarejo seluas 7 hektare dengan kedalaman 8 meter yang biasanya digunakan untuk mengairi sawah seluas 35 hektare milik warga sekitar telah kekeringan.

Foto : Sawah milik warga yang mengering karena kurangnya sumber air (ist)
Foto : Sawah milik warga yang mengering karena kurangnya sumber air (ist)

Menurut Sunhaji, salah satu kelompok tani Dusun Gumelem Desa Banjarejo mengatakan, tidak adanya sumber air karena keringnya embung menjadikan sawah-sawah kering dan susah tanam.

“Embunge sudah gak ada air untuk di alirkan kesawah Mas, jadi yo podo bero sawahe (sawahnya kekeringan). Itu embung ada yg bocor makanya airnya habis”, terang Sunhaji.

Sementara itu, Subarno, selaku kepala Desa Banjarejo saat ditanya mengenai kondisi waduk mengatakan, sudah selama kurang lebih 4 sampai 5 tahun ini waduk seluas 4 hektar itu kering saat musim kemarau.

“Keringnya waduk memang sudah lama, kurang lebih 4-5 tahunan. Penyebabnya karena memang ada kerusakan pada pintu air waduk, akhirnya waduk mengalami kebocoran dan tidak dapat menampung air saat musim kemarau”, imbuhnya.

Baca Juga  Satgas TMMD  114  Samakan  Persepsi  Dan Bagi Tugas, Ini Yang Dilakukan  Danki TMMD
Foto : Kepala Desa Banjarejo, Subarno, saat ditemui awak media (ist)
Foto : Kepala Desa Banjarejo, Subarno, saat ditemui awak media (ist)

Masih kata Subarno, dimusim walikan (tanam kembali) seperti ini memang sangat terasa imbasnya. Apalagi saat padi sudah brobot (sudah mulai berbiji) tentu membutuhkan air, jika tidak maka akan berakibat gagal panen.

“Kalau sudah telat air, kasihan para petani banyak yang gagal panen. Padahal jika sudah brobot hanya perlu dilakukan sekali penyiraman supaya petani bisa panen”, sebut kepala desa 2 periode ini.

Subarno juga menyebutkan, dirinya bersama warga sudah pernah melakukan perbaikan pintu air waduk secara bergotong royong, namun minimnya anggaran hanya bisa digunakan untuk memperbaiki kerusakan secara kecil.

“Minimnya anggaran untuk digunakan perbaikan tak mampu menahan tekanan air saat waduh penuh, sehingga pintu air kembali jebol. Pernah dari pemerintah desa mencoba untuk menggunakan anggaran desa untuk digunakan perbaikan waduk, itupun dengan menghentikan bangunan infrastruktur yang lainnya dahulu. Akan tetapi, disaat memasuki waktunya pembangunan harus di cancell dulu karena adanya pandemi Covid-19, tentu anggaran harus dialokasikan untuk penanganan wabah virus ini”, jelas Subarno kepada awak media ini.

Baca Juga  Terduga Pembakar Rak Sepatu Di Ponpes Al -Furqon Ditangkap Pelaku Masih Dibawah Umur.

Kepala desa ini berharap, agar pemerintah maupun dinas terkait bisa turut membantu memberikan solusi terkait jebolnya pintu air waduk Desa Banjarejo yang digunakan untuk sumber air bersih dan juga mengairi sawah seluas 35 Ha milik warganya ini.

“Semoga pemerintah serta dinas terkait bisa turut membantu memberikan solusi serta bantuan untuk kembali membangun waduk Desa ini, mulai dari pembenahan pintu air, pendalaman dan juga TPT. Sehingga bisa memakmurkan warga sekitar terutama petani serta warga Desa Banjarejo khususnya disaat musim kemarau”, pungkasnya. (Mym/Red/RI)

Komentar